Sejumlah menteri dalam pertemuan terkait G20 menyatakan sikap dan upaya Indonesia dalam mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
Dalam acara sampingan engagement group Business20 (B20), Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan Indonesia memahami pentingnya regulasi untuk mendukung aksi nyata penanganan perubahan iklim.
“Jadi semua policy dibuat betul-betul dihitung dengan cermat. Saya pribadi tidak mau cucu saya dan generasinya menjadi rusak gara-gara kami buat policy yang salah,” kata Luhut dalam acara sampingan B20: Indonesia Net Zero Summit 2022: Industrial Decarbonization at All Cost' diselenggarakan di BNDCC, Nusa Dua, Bali, Jumat.
Sejumlah peserta dari 30 negara hadir dalam pertemuan untuk membahas tidak saja terkait industri, melainkan upaya menyelamatkan dunia dari kerusakan iklim.
Luhut menjelaskan bangsa Indonesia sendiri sangat peduli tentang perubahan iklim.
Dia tidak menolak jika ada pihak asing yang memberi masukan terkait upaya perubahan iklim tanpa menganggu keberlangsungan perekonomian Tanah Air.
Selain itu dalam acara pendukung rangkaian KTT G20, Bloomberg CEO Forum, digelar di Nusa Dua, Bali, Jumat, Luhut menyebutkan beberapa upaya dalam menangani perubahan iklim telah dilakukan Indonesia.
Hal itu antara lain restorasi mangrove, konservasi lahan gambut, hingga pengembangan kendaraan listrik.
Dia menilai Indonesia sangat memahami tanggung jawab bersama menjaga lingkungan demi generasi masa depan.
Selain itu, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia dalam pidatonya saat B20: Indonesia Net Zero Summit 2022 menjelaskan bangsa ini juga turut menanamkan modal untuk energi bersih.
Menurut dia, Indonesia berencana membangun PLTA berkapasitas 9.000 MW di Kalimantan Utara dengan jumlah komitmen investasi mencapai 130 miliar dolar AS.
Bahlil menjelaskan kekayaan sumber daya alam Indonesia memiliki potensi luar biasa dalam mendukung perubahan kepada energi bersih.
Menurut keterangan Kadin, Indonesia Net Zero Summit 2022 membuka diskusi melalui lima sesi panel yang menekankan pentingnya berpindah ke ekonomi yang lebih hijau.
Sejumlah isu yang diangkat dalam lima panel tersebut yaitu Value Chain Decarbonization, Call for Ambitions: Hard to Abate Industries, Decarbonizing Power Grid, Corporate Climate Governance, dan Engagement Through Financial Sector.
Selain itu, Ketua Forum Business 20 (B20) Indonesia Shinta Widjaja Kamdani menjelaskan tantangan atas upaya dekarbonisasi.
Dalam mencapai dekarbonisasi diperlukan dukungan dan kerja sama khususnya dalam memastikan transisi energy yang berkelanjutan.
Menurut Shinta, pemerintah perlu memberi suatu insentif bagi perusahaan yang melakukan dekarbonisasi.
Salah satu contoh pendanaan tersebut bisa berasal dari pemberian pendanaan khusus perbankan kepada suatu industri.
Sinta menjelaskan industri harus dapat memandang dekarbonisasi menghasilkan efisiensi dan hal lain hal.
“Dan yang paling penting adalah mindset mengapa (dekarbonisasi) ini menjadi sesuatu yang harus dilakukan," ujarnya.
Selain itu, pada acara rangkaian sebelum KTT G20, Indonesia juga menjelaskan pembangunan ibu kota baru Nusantara di Pulau Kalimantan akan menjadi salah satu kota yang paling berkelanjutan.
Menurut Kepala Badan Otorita IKN, Bambang Susantono, pembangunan IKN Nusantara sangat mengutamakan aspek layak huni dengan memperhatikan lima elemen kota modern masa depan yaitu hijau, cerdas, inklusif, risilient dan berkelanjutan.
Selain ramah alam, IKN nantinya akan memiliki akses yang sangat baik dan dengan layanan perkotaan yang berkualitas.
Pemerintah merancang IKN Nusantara untuk menjadi Kota Hutan Lestari, yaitu hanya sekitar 25 persen dari seluruh IKN yang menjadi lingkungan terbangun.
Kemudian 75 persen sisanya akan dipertahankan sebagai kawasan hijau, termasuk 65 persen dari kawasan akan tetap menjadi hutan tropis yang berperan sebagai penyerap karbon.
IKN Nusantara yang saat ini masih dalam tahap pembangunan infrastruktur nantinya ditargetkan sebagai kota netral karbon pada 2045.
Kota tersebut pada 2045 diharapkan berkontribusi terhadap upaya Indonesia dalam mewujudkan target Nationally Determined Contribution (NDC) sekaligus Paris Agreement.
Indonesia berencana mengimplementasikan dekarbonisasi untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjelaskan sejumlah upaya menerapkan dekarbonisasi antara lain melalui konversi energy fosil menjadi energy bersih.
Langkah awal konversi tersebut yakni mengganti pembangkit listrik tenaga diesel di area 3t dengan pembangkit listrik tenaga gas dan energy terbarukan.
Hal selanjutnya yakni melakukan pilot project teknologi carbon capture, konversi kendaraan berbahan bakan minyak menjadi kendaraan listrik, pemanfaatan peralatan rumah tangga listrik, hingga pelaksanaan penghentian pembangkit batubara.
Menurut Kementerian ESDM sumber daya di Indonesia dalam mendukung peta jalan transisi energi juga berasal dari sumber daya mineral, antara lain nikel, tembaga, bauksit, mangan, timah, dan banyak lagi.
Sejumlah menteri bidang energi negara-negara G20 pun berharap percepatan transisi energi menjadi komitmen bersama dalam poin deklarasi pertemuan tertinggi KTT G20.
Terdapat tiga isu prioritas dalam Presidensi G20 Indonesia pada 2022 yakni arsitektur kesehatan global, transisi energi berkelanjutan, dan transformasi digital dan ekonomi.
Para kepala delegasi G20 akan membahas ketiga isu tersebut pada 15-16 November dalam KTT yang dihelat di Pulau Dewata itu.
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022